Memaafkan adalah persembahan istimewa,
Yang toreskan bangga tanpa salah,
Berjalan tak ada malu berdamping,
Diri yang terlarut dalam serakah,
Dalam barisan para penunggu,
Mainkan nada-nada sumbang,
Mulai memanggil merayu,
Lalu kau dekati mereka.
Dengan berjalan serius,
Di sebuah ilalang berduri,
Kemudian tertoreh luka menggenas darah,
Menetes, jatuh, basah, kering, dan basah lagi,
Layak darah pertama kali keluar masa muda,
Begitu kesakitan menjerit-jerit ampun.
Aku yang tak punya salah kau jauhi,
Kau benci berkepanjangan padaku,
Sampai menuduh semua salah,
Atas kelakuan dan tindakku,
Digolongkan pendamping nakal.
Padahal kedua sudah direstui,
Tinggal menunggu di pelataran,
Pintu masuk menuju rumahmu,
Yang disambut sederhana.
Makassar
Senin, 30 April 2018
By: Djik22
Komentar