Bila pertentangan tak terdamaikan, maka banyak waktu yang dihabiskan untuk berceloteh; menghabiskan waktu yang sia-sia. Padahal hadirnya kita di muka bumi adalah menjalankan tugas besar; menyelesaikan pekerjaan, biar beban tak jadi mahadewa menggerogoti pikiran.
Aku ingin mengakhiri hari dengan berkarya; mejalani rutinitas dengan menulis. Entah kapan napas terakhir memanggilku. Aku ingin menghirup asap belerang seperti Shoe Hok Gie; aku ingin diracuni di udara seperti Munir.
Tapi mengakhiri hidup dengan pasrah, maka lebih baik menolak untuk dilahirkan. Kelahiran adalah buah perjuangan dari sang ibu. Membawaku hadir di dunia. Aku bersyukur, setidaknya dirawat, dibesarkan tangan halus kasih sayang. Biar aku tahu cara menghargai balas jasa.
Mati muda adalah keinginan banyak orang. Termasuk aku di dalamnya. Tapi setidaknya sudah banyak berbuat. Kalau masih sedikit berbuat kebaikan, maka aku takut yang namanya kematian. Sebab semua ragaku akan bertanggung jawab di alam lain ketika ditanya.
Sia-sia dibesarkan, kalau tak keluar dari zona terjebit; hanya terkungkung diri dalam ruang-ruang hampa. Maka beban akan bertambah tanpa solusi yang hadir. Setidaknya keluarlah dari zona terjepit. Biar banyak kemudahan yang diperoleh di luar sana.
Kondisi luar mengajarkan kasih sayang, cinta, keberagaman, dan toleransi. Bila ingin meraih, maka jangan putus asa dengan cobaan hidup.
... ¤ ¤ ¤ ...
Takutlah pada kematian bila tak banyak berbuat.
Bahagialah ketika banyak waktu menjalankan tugas besar.
... ¤ ¤ ¤ ...
Makassar
Selasa, 20 Februari 2018
By: Djik22
Komentar