Tanganmu protes mengambil gambar. Saat itu, rerintik hujan sedang membasahi kota. Kota suci dalam menjaga keharmonisan umat manusia. Hidup dari berbagai etnis yang berbeda. Itu seperti para pedagang luar negeri mendarat lewat pesisir. Tanganmu yang tak kutahu lagi seperti apa. Tetapi aku masih tetap ingat senyum dan marahmu. Tanganmu halus seperti kapas dan hidung seperti busur.
Kejauhanmu sudah membuat aku sejak dulu kuat. Sebab kaulah pengingat senja yang mengisi hari-hari menyusun gramatikal kata bersahaja. Tapi sayangnya aku mengikhlaskan, kalau yang kuingat adalah perjalanan tentang nasihatmu; tentang luka yang sampai saat ini belum tersembuhkan.
Entah kapan sayatan luka akan sembuh. Tetapi aku selalu kuat dan senyum bergelora melawan ketertinggalan. Banyak peninggalan sandi rahasia; rahasianya adalah gambar dan pajangan hasil cipta penggabungan dua tangan.
Bila datangmu hanya mengingat lalu pergi, aku tak heran lagi. Sebab kepercayaanku seperti gambar gunungmu; gambar lautmu; gambar awanmu. Kenapa kau jadi pemotret pemaksa? Kenapa kau hadir dalam sisi gelapku saat bangun tidur? Teryata kaulah mutiara yang tenggelam dalam lautan Arafuru yang dibatasi pulau Solor-Larantuka.
Datangmu pengaruh masa depan yang sudah sedikit gemilang, maka aku harus pergi. Karena jalan datarku masih berliku yang perlu diluruskan. Melihatmu hanya dalam gambar tangan; mengingatmu kuletakan di dasar memori otakku. Lantas Februari datang tak sadarkanku? Bukankah kau kelahiran lima Januari di negeri Jiran? Atau aku yang salah mendayu duyun ingatan?
Gambar gunung dan lautan tetap satu kesatuan. Tetapi tanah tempat berdirimu adalah jiwa yang memukim. Sebab aku adalah tanah, maka pantas dan wajar terus kau injaki berdiri di atas bahagiamu. Kenapa kau memilih yang berbeda pulau? Bukankah anak pulau harus merawat rahim bundanya? Setujuhkah bila yang membutakan hati adalah hasrat?
Aku ingin jalan cerita ini awal mulia; aku suka walaupun pahit; aku gembira walau duka. Ketika semua kuterima dengan lapang dada, maka kedamaian pengganti dirimu akan berlipat ganda. Kedaimaiannya tentang angka ganjil berapit huruf namaku.
--- ¤ ¤ ¤ ---
Jadilah pemotret jarak
Ketika tanah masih merestui napas,
maka udara segar terus dirasai nikmat.
--- ¤ ¤ ¤ ---
Makassar
Rabu, 14 Februari 2018
By: Djik22
Komentar