Minggu membelenggu; kematian tapi masih hidup. Orang-orang telah menganggapku mati; telah gugur di medan laga melawan berjuang; bertahan ingin memiliki. Tapi aku tak bisa menjaga dengan baik seperti harta berharga dalam hidup. Harta yang selalu membuat kosa kataku terus bertambah. Kaulah kamus ter-update yang terus kubuka, lalu kumenghayati setiap pengertian dibalik simbol dan makna sederhana.
Namaku sudah terkubur di dalam air terbawa arus sungai dimakan buaya. Jasadku jadi tulang-belulang tercecer sepanjang aliran sungai menuju laut Losari. Maka kematianku tertanam nisan tanpa nama yang dipandang oleh puluhan nelayan dan kapal pesiar milik saudagar ulung.
Aku yang dulu telah termakan janji; terhibur bahasa; terapit mawar. Maka teriaku tak ada yang mendengar; celotehku tak ada yang menyimak. Itu lebih sakit; sakitnya sama dengan tangis yang kau titipkan ketika balik bertemu dengan sosok lain di Bukit Cinta. Bukit yang kau berdiri, umurnya mendekati dengan hubunganmu.
Kenapa kau menitikan air mata? Kenapa kau mengungkapkan rindu? Padahal aku sudah sembunyikan segala yang berujung air mata. Maka kutegur sayu "Berhentilah menitikan air mata; aku selalu bahagia; doaku selalu kupanjatkan setiap detik, menit, jam, hari, dan berbulan-bulan menuju tahun".
Ajakanmu membawaku bermain bersama sahabatku. Aku takut; aku ragu mendayu lugu menahan belenggu. Jangan sampai aku dijadikan tempat penghibur mengisi kekosongan harimu mengurus kuliah; mengambil ijazahmu.
Membelenggu duka hempaskan gambar kenangan. Beratnya membuka media mainmu, lalu aku menatap baju putih yang riang gembira sambil dipeluk oleh kekasihmu. Tapi aku anggap itu bukan dirimu; itu bukan yang kukenal. Sebab dalam senyummu ada duka yang tak tersembuhkan.
Lukamu bisa sembuh kalau memakai nadiku; sakitmu bisa sembuh oleh datangku. Itu sama kau obatkan mengirim foto menggunkan jilbab cokelat berlatar putih. Tapi sudahlah, aku telah mati; aku telah usang. Hanya hidupku menggunakan nama lain.
Kembali kuberkaca di cermin, ternyata mataku berbinar-binar cahaya. Aku terbawa hipnotis kontak batinmu; aku digoda kelamaan basah. Biarlah belenggu menyudutkan ratapku, setidaknya rindu kugariskan dengan tanda keramat.
... ¤ ¤ ¤ ...
Keinginan tak akan merubah keadaan.
Kalau hanya dalam alam semu.
Marilah mengusir belenggu mendapat bahagia.
... ¤ ¤ ¤ ...
Makassar
Minggu, 19 Februari 2018
By: Djik22
Komentar