Mudah aku merenungi perubahan arah kompas kehidupan yang licik. Fatamorgana menghanyutkan semangat tertanam. Padahal, akarnya dijaga oleh benteng-benteng pelindung. saat pembatas akar roboh, bersama hatiku menunggu kau di pihak siapa? Benarkah pembelaan pada yang salah? Siapa dalang partai politik yang bersekongkol?
Penebakan tanpa basis data. Sama seperti janjimu padaku, penaburan politik berbasis uang, penaburan bibit-bibit pencuri beranak-cucu. Tapi semua tidak lagi aku dapatkan.
Doaku, jangan jadikan jongos kedua kalinya, jangan arahkan hidung mancung tertusuk jarum. Biarlah kebebasan sebagai generasi muda, sebagai anak mandiri, sebagai pertahanan prinsip komitmen. Kenapa warisan politik etis masih berlaku? Kenapa kepentingan selalu menggunakan mahasiswa sebagai alat? Apa kategori golongan intelektual
seperti itu? Mungkin kategori para pelacur intelektual.
Penunggangan gerakan, ha...ha...Murah sekali harga diri. Lantas bicara todongkan pistol taburi alibi retorika. Pandai bersilat-lidah lewat kata-kata, lewat janji-janji, lewat ikrar. Seperti kau pejamkan mataku di perempatan jalan. Saat, huru-hara aksi demonstrasi di depan kampus kuning.
Sampai sejauh ini, raport kuning harus aku layangkan sebagai kado teristimewa sepanjang hidupku. Sebab, semangatku adalah kepeloporan, semangatku adalah keikhlasan, apalagi rela mati demi yang namanya keadilan.
~~~
Tak bisa kau tunggangi pada budaya ajaran pendirian.
Sampai harus tetap menunggu sambil berjuang.
~~~
Makassar
Sabtu, 3 Februari 2018
By: Djik22
Komentar