Kabarkan isi isu alam belantara yang bersekongkol dengan pemuja leluhur. Biar kau dan aku berpijak pada ajaran budaya rahim purba. Rahim yang melahirkan anak berbakat melalang buana mengais. Bakatnya sesuai adab dan kesantunan.
Aku merasakan manisnya Jagung Titi yang dihantam batu dengan kucuran keringat. Dulu batu sebagai benteng; sedangkan jangung sebagai pengalas lapar. Biar tak mati kelaparan, maka kau dan aku harus mengunyah. Aku ingin mencicipi makanan khasmu yang dibacakan mantra mutiara. Sekarang kau dan aku mulai menikmati makanan dengan simbolik pulau air mata darah.
Menunggu pulau, kapan perkumpulan dimulai? Bila tibaku belum menentu. Maka izinkanlah doa dari batin dalammu memanggil. Ajaklah aku kelilingi pulau misteri yang menyimpan rahasia konon bermitos.
Tunggulah aku saat perang usai. Aku tak akan pulang kalau kemenangan belum berbalut di lengan kananku sebagai satria pejuang. Pejuang sejati adalah langkah gerak memanjat doa terbaik. Lalu kau kalungkan makhota perang dengan buku dan pena.
Kalau dulu parang dan tombak adalah senjata melawan musuh. Maka sekarang harus dipilahkan kegunaannya. Kalau perang darah terus berlajut, maka darah terus bertumpah ruah di pulau ini. Aku yakin, kalau kau dan aku tak mengingkan lagi pertumpahan darah dengan penyelesain perang betubi-tubi.
Saatnya selamatkan Pulau Pembunuh (Adonara) dengan kecakapan berwatak budaya, memegang bahasa sakral tanpa jadi mainan judi menipu. Karena menipu menggunakan dalil ajaran budaya, sama halnya menyerakan kepala untuk dipotong.
Tunjukan padaku di kota ramai. Kalau diamnya alammu lebih berguna damba ketika kepulangan abdikan diri demi kemajuan. Tunggulah aku di pulau penantian, maka kau dan aku disambut dengan 'Tarian Perang'. Kau seperti ratu dan akulah raja.
Aku ingin dikalungkan selendang di lengan kanan menyilang. Sambil kepalaku berikat potongan daun lontar. Maka aku tampaklah anak kandung yang dirindukan. Apalagi kumelirik tanganmu menggandeng jemariku sambil berbalut tenun Adonara. Maka kita sepasang anak muda serasi.
Biar hidup seimbang, berdirilah tanpa berat sebelah. Apabila keburukan yang kuucapkan; kesalahan yang kulakukan, maka tegurlah aku. Karena aku butuh teguran beriring bisikan hangat jiwa pelantun.
Aku akan pulang di pangkuanmu. Kalau kau yakin, kirimkan aku tanda kesatuan. Larutkan aku pada slogan kekuatan. Maka kau dan aku selalu seiring sejalan menuju cita-cita sebagai petarung.
... ¤ ¤ ¤ ...
Pulau masih menunggu kau dan aku,
maka jagalah pulau dari serangan tanda bahaya.
Biar pertemuan kau dan aku tak diganggu menggoda para penghancur.
... ¤ ¤ ¤ ...
Makassar
Rabu, 21 Februari 2018
By: Djik22
Komentar