Langsung ke konten utama

YANG TAK LAGI TERHITUNG (70)


Mata binar Gifran mengingat kelakuan semasa hidupnya. Perbuatannya merugikan banyak kawan karibnya yang sudah dianggap seperti saudara kandung. Atas tindakan dan perbuatan Gifran yang bicaranya blak-blakan, membuat kawan-kawanya semakin menjauh. Hubungan akrab yang terjalin semenjak tiga tahun silam, sekarang jadi renggang dengan jarak terpisah jauh.
Di suatu malam, Gifran didatangi beberapa kawan-kawannya yang dipimpin oleh Gafur. Gafur bersama enam orang lainnya menghadang Gifran dengan pertanyaan-pertanyaan mengancam "Kenapa mulutmu begitu lancang? Kenapa kau merasa dirimu paling cerdas? Kenapa kau tidak memikirkan kami dipermalukan di depan umum?" Sambil memegang baju Gafur mendorong tubuh Gifran. Malah Gifran dengan raut riang dan senyum mengajak Gafur dan kawan-kawannya masuk di dalam kamar kontrakan.
"Ayo masuk dulu kawan-kawan; kita bicarakannya di dalam kamar". Namun ada suara protes dari Dudi "Kami tidak bisa ditenangkan, kami hanya meminta penjelasan. Karena tidak ada lagi toleransi bila sekali lagi perbuatanmu terulang kembali".
Suasana jadi hening. Muncul Arya menenangkan keadaan. "Tidak begini caranya kawan-kawan; sebenarnya ini salah paham. Sebab Gifran adalah sahabat kita sejak kecil. Apalagi sekarang, Gifran adalah ketua kita dalam lembaga ini".
Gifran berdaham dan menenangkan keadaan "Sudahlah kawan-kawan. Bila aku tidak lagi dianggap sebagai kawan yang baik, maka kawan-kawan menjauhiku, boleh memukulku, dan boleh membunuhku. Tetapi ingat kawan-kawan, mimpi kita besar, mimpi kita mau merubah bangsa dan negara, merubah kesengsaraan menjadi kesejahteraan".
Lanjut Gifran "Bagaimana kita bicara sebagai saudara seperjuangan; bicara tentang kolektif? Kalau masalah sekecil ini tidak mampu kita selesaikan? Apakah aku tetap dianggap lawan seumur hidup?" Ucap Gifran ketika ajakannya tak didengar oleh kawan-kawannya.
- - - ¤ ¤ ¤ - - -
Gafur yang tadi dengan nada tinggi dan emosi yang tidak terkendali, sekarang merasa diri bersalah. Karena biar seburuk-buruknya Gifran, dia tetap kawan seperjuangan. Niat Gafur dan kawan-kawannya tadi ingin memukul Gifran. Malah mereka mulai menemukan jalan keluar.
Sekali lagi, Gifran meminta maaf atas sifatnya "Aku meminta maaf kepada kawan-kawan. Kalau sifat atau kelakuanku membuat kawan-kawan tersinggung dan menjauhiku. Karena tidak ada unsur dendam dalam diriku. Aku anggap setiap polemik harus diselesaikan dengan cara baik-baik". Dengan nada datar, Gifran menundukan kepala sambil menjabat tangannya Gafur dan kawan-kawannya yang lain. Kemudia Gifran mengajak kawan-kawan untuk tetap dewasa dalam menyelesaikan setiap persoalan.
Menurut Gifran "Sebaik-baiknya mimpi tentang merubah bangsa, negara, dan dunia. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memupuk rasa persaudaraan yang tinggi, kedua: kebersamaan yang militan, dan ketiga: semangat yang tak pernah surut". Sebab, ketiga kunci tersebut adalah jalan menuju perubahan besar. Saat itu, beberapa kawan-kawannya menyimak secara seksama.
- - - ¤ ¤ ¤ - - -
Keesokan paginya, Gifran ditugaskan sebagai perwakilan delegasi anggota untuk menemani Kiran mengahadiri Pertemuan Akbar di Jakarta. Jarak yang begitu jauh, bila menggunakan kapal laut. Maka Gifran meminta Rendy untuk memboking tiket pesawat dengan penerbangan pagi. Kebetulan hari itu, bertepatan dengan hari 'Sumpah Pemuda'. Maka kondisi di kontrakan (baca sekretariat) lagi ramai membicarakan tentang pemuda sebagai tongkat estafet bangsa ini.
Tiket yang diboking telah diserakan Rendy kepada Gifran. Sambil menerima tiket, Gifran berkata kepada Rendy "Jagalah kebersamaan dan kekompakan kawan-kawan. Karena untuk beberapa hari, aku dan Kiran akan menghadiri Pertemuan Akbar". Pertemuan tersebut dihadiri oleh seluruh pemuda dari Sabang sampai Merauke.
- - - ¤ ¤ ¤ - - -
Di bandara Sultan Hasanudin, Gifran dan Kiran mengantri di deretan chek-in. Tetapi, kenapa tiba-tiba pandangan Kiran kepada Gifran begitu mengagumi. Seolah ada sesuatu yang selama ini disembunyikan oleh Kiran.
Tegur Gifran "Apa yang kau lihatkan Ran? Apakah ada hal aneh pada tubuhku?" Kiran kaget, karena tiba-tiba petugas pemeriksa tiket memanggil namanya yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Dalam pesawat Lion Air. Gifran dan Kiran duduk bersebelahan. Sambil merapikan posisi duduk, Gifran diajak Kiran untuk mengabadikan momen tersebut. "Ran selfie yo!...Dengan suara datar Gifran menjawab "Aduh Ran, aku tidak biasa selfie, sebab aku tidak ingin meninggalkan kenangan yang berujung duka".
"Walah...gombalmu Ran... !!!" Celoteh Kiran kepada Gifran. "Ayo...siapa takut? Tapi aku klarifikasi, aku bukan lelaki yang suka gombal; yang suka merayu. Karena bagiku, gombal atau pun bahasa yang dibuat-buat indah hasilnya akan membawa perasaan" Tungkas Gifran kepada Kiran.
"Gila lo Ran...Tumben kau tiba-tiba puitis. Bukankah kau mengagumi sosok Tan Malaka? Bukankah kau orang yang selalu protes di setiap diskusi? Kalau perempuan adalah penghambat perubahan; perempuan adalah insan yang lemah?" Gifran hanya memberi senyum untuk menanggapi kata-kata barusan yang diucap oleh Kiran.
- - - ¤ ¤ ¤ - - -
Gifran memilih menghabiskan waktu dalam pesawat dengan membaca. Saat itu, Gifran membaca buku 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis oleh Cindy Adams. Dimana buku tersebut hasil wawancara Cindy Adams kepada Bung Karno.
Buku tersebut memiliki tebal 369 halaman. Yang terdiri dari 33 pokok pembahasan. Pembahasan pertama dimulai dari 'Alasan Buku ini Ditulis' sampai dengan 'Refleksi' sebagai penutup.
Pada pembahasan pertama, Gifran secara serius dan penuh penjiwaan membacanya. Pada halaman satu, Gifran kagum dengan paragraf pertama 'Cara yang mudah menggambarkan sosok Sukarno ialah dengan menyebutnya seorang mahacipta. Dia mencintai negerinya, dia mencintai rakyatnya, dia mencintai perempuan, dia mencintai seni, dan di atas segala-galanya, dia mencintai dirinya sendiri.'
Tiba-tiba Gifran merasakan ada beban berat di sebelah kanan pundaknya. Ternyata Kiran tertidur dan menyandarkankepala di bahu kanan Gifran. Sedikit tersenyun Gifran menatap Kiran. Kemudian melanjutnkan bacaannya lagi.
Makassar
Jumat, 9 Februari 2018
By: Djik22

Komentar

Populer

FILOSOFI DAUN PISANG

Harapan dan mimpi dari setiap kepala tidak semua terpenuhi dengan usaha dan praktik. Tapi masih membutuhkan untuk saling dekat dan merespon segala polomik. Di masa yang akhir ini, perutmu telah melahirkan bayi yang masih merangkak dipaksa berjalan di kerikil jalan persimpangan. Dari rawat dan buaian, telah membuka mata batin, mengevaluasi adalah jalan yang tepat. Karena kurangnya menilai dari setiap sisi. Sehingga lahir dua persimpangan kiri kanan jalan. Mata telah terang, langkah sudah tepat, bersama sudah terpupuk, kesadaran mulai bangkit. Berdiri dan bergerak. Saatnya cahaya jadi penerang. Titipan amanah 20 21 11 14 jadi bahan belajar bersama. Filosofi "Daun Pisang dan Bidikan Panah yang Tepat" telah ditemui jawaban dan makna yang dalam. Dia bukan sekedar kata, tapi dialah nyawa setiap yang di dalam. Makassar, April 2017 By: Djik22

TOGAKU TAK IBU SAKSIKAN

Perjuanganmu ibu Mengantarkanku meraih mimpi Mataku lembab berhari-hari Setiap saat mengingat ibu Harapan ibu Aku tetap kuat Aku tetap melaju Tapi ibu Saat bahagiaku Takku tatap lagi ibu Wajah bersinar hadir dalam mimpiku Kala itu ibu Ibu Toga dan pakian kebahagiaanku Semua untuk ibu Togaku tak ibu saksikan Karena ibu telah tiada Yakinku ibu senyum melihatnya Tetap tersenyum di sisiku ibu Dua puluh tiga November dua ribu tiga belas Dua kali dengan angka tiga Ibu telah berbaring bergegas Makassar Minggu, 1 Oktober 2017 By: Djik22

PERLUKAH JEMBATAN PALMERAH?

Sedikit menggelitik, ketika wacana pembangunan jembatan Palmerah. Wacana ini, hadir di beberapa tahun terakir. Di tahun 2017, tidak kala seksi pendiskusian jembatan Palmerah. Maka muncullah pro dan kontra. Padahal merefleksikan wacana ini sangat penting. Kenapa Wacananya Jembatan Palmerah? Mari kita menganalisa secara seksama. Pertama, jembatan Palmerah adalah sejarah pertama di Indonesia bila terbangun. Karena menyambungkan dua pulau, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores (Larantuka). Jarak jembatan Palmerah dengan panjang bentangan 800 meter akan dipasang turbin 400 meter. Kedua, persoalan proses pembangunan jembatan Palmerah dibutuhkan dana tidak sedikit. Diperkirakan dana mencapai Rp. 51 triliun. Hal ini, perlu dipikirkan. Karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT pada tahun 2016 hanya mencapai Rp. 3,8 triliun. Sama halnya pemerintah mengajak kita mengutang dengan investor (swasta). Ketiga, jembatan Palmerah bukan proses meninabobokan masyarakat Flores Timur

ADONARA DALAM PUISI

Petuah kata sejarah Masih temani kaki untuk melangkah Dalam bayang-bayang ibu kuatkan hari Dalam jelmaan ayah pancarkan cahaya hati Hingga tebal awan kota Ingatkan suasan desa Dihimpit berdiri megahnya Ile Boleng Didekatkan Bukit Seburi tanah kampung Karena kitalah gunung yang berdiri Karena kitalah bukit yang menyapa Membawa bisikan bahari Ketika menghadap ke arah pantai Sampai kata dan petuah terus mengikut Wariskan api dari generasi ke generasi Tentang pentingnya menjaga kata Tentang indahnya memakai tenun ikat Maka... Tak kulupakan petuah indah dan keramat Tak kuingkari segala kata-kata bernyawa Di atas alam ditaburi darah dan air mata Karena air mata Bukan hanya tentang tangisan Bukan hanya tentang derita tanpa rasa Namun air mata darah tanda perjuangan Maka... Untuk mengingatmu yang di gunung Untuk mengenangmu yang di pantai Aku mengisi kata-kata lewat puisi Karena darah dan bisikan kata terus diasa Biar perang telah terganti buka dan pena

ANTARA (576)

Sering ada perbandingan pada kata 'antara' ketika diapit oleh kalimat. Antara kau dan aku ternyata banyak perbedaan, antara kau dan dia memiliki banyak kesamaan. Antara pacar dan mantan adalah orang yang pernah berlabu dan sementara bertahan. Baik terkandas di tengah jalan, mau pun mampu melewati batas getir yang melampau kesabaran. Namun, pada kata 'antara' seolah jadi misteri yang tersembunyi. Serupa kolom kosong yang disembunyikan dengan untain doa. Lalu, dipercaya menjadi sebuah legenda atau mitos. Bagaimana sesuatu yang dipercaya tapi tak pernah diinderai? Apakah setan yang berpenampilan putih pada malam Jumat hanya menakut-nakuti? Kemudian muncul pertanyaan, siapa yang menjahit pakian putih yang dipakai setan? Ulasan ini, aku dapati saat duduk di bangku SD. Sang guru selalu menakut-nakuti pada setiap siswa. Bahwa malam Jumat selalu ada tanda ketika melewati tempat-tempat gelap. Saat itu, aku dan kawan-kawan sebayaku selalu percaya. Namun, batang hidung p

KARYAMU TETAP MEMIKAT

Foto: Abdul Rahim (Khalifah05) Ketika doa-doa Telah kau panjat Dengan lemah-lembut Pada Tuhan Yang Esa Tak lupa pula Pintamu Pada para pendahulu Dengan merinding bulu-bulu Begitu dalam penghayatan Bersama angin Bersama waktu Bercampur masa lalu Maka... Yakin pun mendalam Tak secuil akan buram Tampak pada kaca belaka Namun ia selalu melekat Selalu mempererat Antara roh dan jasat Hingga karyamu tetap memikat Makassar Jumat, 21 September 2018 By: Djik22

PEMUDA SAHABAT PERUBAHAN (397)

Indonesia adalah negara yang terdiri dari ragam perbedaan. Baik suku, ras agama, budaya, dan corak berpikir. Inilah bagian kekhasan dari bangsa ini. Dengan kekhasan tersebut, maka tak heran bangsa Indonesia dikenal dengan kemajemukan dan menjujung tinggi perbedaan. Sebab perbedaan adalah varian dari semangat menuju persatuan. Belum lagi menerobos batas wilayah yang terdiri dari beberapa provinsi. Perlu kita menelisik lebih jauh lagi tentang bagaimana membangun tatanan bangsa. Supaya mampu keluar dari zona ketertinggalan. Ternyata, ketertinggalan adalah salah satu masalah dari apa yang dirasakan setelah revolusi Indonesia didengungkan. Walau merdeka secara pengakuan sudah memhudata sampai ke telinga anak cucu. Tapi pertanyaan besar yang harus dijawab, Kenapa merdeka secara praktik/ penerapan jauh panggang dari api? Ketika secara penerapan dalam kehidupan berbangsa mulai melenceng dengan dasar negara, maka harus kembali mengamalkan nilai-nilai kebaikan yang telah diletakan oleh