Teka-teki sedang berlaku menjara; menguasai pemandangan sawah petani. Lahan yang tanpa tuan; ia pergi ke negeri tetangga mengais rupiah. Hiduplah dengan warna putih suci, taburi warna merah kesukaanku.
Gerogi jadi penguasa yang sedang bermain petak-umpet berangka ganjil. Tebak-tebakan perlahan konyol, seperti kau tanyakan "Siapa pasanganmu? Apa warna kesukaanmu? Tulisan apa yang paling digemari?" Cerita kau dan aku dibatasi waktu dua menit lima puluh detik; guyonan diganggu bisiknya sedikit jaringan.
Aku suka; kau suka dengan kegilaan ini. Gila yang berkamuflase sembunyikan kejujuran. Padahal, sebelum kau ungkapkan; aku tahu banyak tentangmu. Harus kuakui, "Bahwa, kau jatuh pada lubang ketika disambut kebijaksanaan lewat serangan kata memuja".
Membunuh pertanyaan. Tiba-tiba kau katakan jujur tentang apa yang tersembunyi dibalik nama penamu. Kaulah anak pertama dari tiga bersaudara. Antara kau dan aku ada kecocokan angka berlambang cangkul sebagai tanda lahir.
Lalu cerita bertambah jumlah genap yang kau sukai. Satu yang ganjil, yaitu angka tujuh. Anak yang selalu temani siang malanmu pun berjumlah ganjil keramat raya.
Penyesalanmu ketika aku jujur mengatakan; terbuka aku ungkapkan "Rasamu sama dengan rasaku. Tapi harus ditahan dalam waktu dekat". Sebab hadirnya kau dan aku adalah perselingkuhan dengan karya. Kenapa kau gerogi? Kenapa kau diam? Lama kutunggu pertanyaan selanjutnya. Malah aku katakan "Tanyakanlah dari luar sampai ke dalam. Semua akan kujawab".
"Siapa sebenarnya angka dalam kurung tulisan? Statusmu sendiri atau bahu telah disandari?" Waduh...aku dijebak untuk mengatakan protes. "Akulah tipe penyelingkuh; aku sekarang tak lagi sendiri; gandenganku banyak; mereka selalu menemaniku" ungkapku padamu. Aku yakin, itulah jawaban yang paling keras mengakhiri niat berlabuhmu.
Kisah yang mencolok; akhir yang tragis. Aku tahu; kau tahu; biarlah tujuan dan gelombang dalam berperang. Sebab aku digauli; aku tak sendiri bukan pada pasangan hidup. Tapi aku berselingkuh dengan buku pada pasangan hidup; anak-anak memanggil begitu cengir.
... ¤ ¤ ¤ ...
Jangan terburu-buru mendayu.
Pelan-pelan membangun kenyamanan.
Pertemuan akan bahagia bila teka-teki terbuka.
... ¤ ¤ ¤ ...
Makassar
Jumat, 17 Februari 2018
By: Djik22
Komentar