Jauh sebelum merdeka, nenek moyang kita adalah para pejuang progresif tanpa mengenal takut. Baik lelaki, perempuan, tua, maupun muda memiliki satu tujuan. Tujuannya adalah melawan penjajah. Perlawanan mereka (para pejuang) dengan keyakinan yang kokoh dan tak roboh. Itu seperti bangunan-bangun tua masih berdiri sampai saat ini. Yang dinamai Candi Borobudur, Candi Prambanan, Benteng Somba Opu, Benteng Lohayong, dan puing-puing eksekusi mati di Nusa Kambangan.
Pertanyaan tentang merdeka, sampai sekarang harus dikaji. Apakah Indonesia sudah merdeka? Kenapa banyak rakyat yang tertindas? Kenapa masih ada sekat-sekat antargolongan? Kalau memang merdeka, maka tak ada lagi 'Penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa'.
Terus-teruslah bertanya tentang kebenaran sejarah. Karena manusia yang buta sejarah adalah manusia yang tak menghargai jasa para pejuang dan tidak mengembangkan potensi dalam diri. Sejarah adalah lembar-lembar mahaguru, baik itu yang tertulis atau hanya cerita. Apakah benar bila sejarah dilupakan? Kenapa banyak kebenaran sejarah dibolak-balikan?
Bila benar Indonesia adalah bangsa yang besar, maka sudah menjadi keharusan seluruh kekayaan alam dikuasai oleh negara. Baik di bidang ekonomi, politik, pendidikan, agama, dan kesehatan.
Tetapi kenapa banyak slogan perubahan hanya sebatas patahan kata? Kenapa kesakralan salah kata jadi mainan politik?. Masih segar dalam ingatan kita semua, ada beberapa slogan 'Saya Pancasila: Saya Indonesia, Saya Bangga jadi Indonesia'.
Ketika dicermati dengan baik slogan-slogan di atas, maka ada penindasan lewat bahasa slogan. Slogan tersebut untuk siapa? Kenapa selalu berlaku peran bahasa dalam menindas rakyat? Ah...inilah warisan budaya peninggalan penjajah. Kalau dulu kita kenal 'Tanam paksa, Politik-etis', maka sekarang berganti menjadi 'Politik ugal-ugalan dan ekonomi demi kepentingan pemodal'.
Padahal bangsa ini ada, diperjuangkan dengan air mata, darah, tenaga, luka, dan nyawa. Pertanyaannya: Terus apa yang sudah diperbuat sebagai generasi penikmat sejarah? Bagaimana cara mempertahankan persatuan nasional demi masyarakat adil makmur?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, seperti kita meminta rezim Jokowi-JK kembali ke jalan Trisakti, Tegakan Pasal 33, dan Menangkan Pancasila.
--- ¤ ¤ ¤ ---
Teruslah bertanya tentang kebenaran.
Apalagi bicara pada kebenaran sejarah.
--- ¤ ¤ ¤ ---
Makassar
Sabtu, 10 Februari 2018
By: Djik22
Komentar