Ribuan kisah,
telah dilalui dalam batas waktu,
di kesadaran yang tak mendua,
di penghujung malam Rabu.
Bangga padamu,
yang kulilitkan dalam bejana,
mendidih bersama gelora asmara,
terkadang menegangkan menguji nyali.
Tapi inilah aku,
dengan sikap yang tak biasa,
dengan kekocakan memancing emosi,
tapi cepat kuatasi dengan redah.
Akulah pakian yang melekat,
setiap kotoran menempel,
kau mampu membilas mengusir,
biar tetap bersih tak kala terpakai.
Dan itulah,
kisah sepenggal,
di sebuah kota,
di belakang ruang-ruang mayat.
Kau memberi padaku,
segala pemantik kekuatan,
biar perselisihan,
tak berkepanjangan berterbangan.
Makassar
Selasa, 13 Maret 2018
By: Djik22
Komentar