Kau tak layu,
suaramu yang tetap merdu,
seolah berjalan di tengah debu,
tak ada yang sedang malu-malu.
Adakah kau selalu beriring?
Kenapa kau takut kalau mendidih?
Kurasai menguras,
huru-hara api panas,
yang jadi pemantik sejarah,
yang banyak korban berdarah.
Iringan mendidih,
berbarislah biar cerah,
dengan dunia yang nyata,
dengan kehidupan tak lagi manja.
Akulah rindu,
kaulah zaman menunggu,
lewat mainan angka-angka,
pada hitungan delapan berkala.
Marilah yang manis,
menggoda senandung paras,
antara rautku,
di batas wajahmu.
Makassar
Sabtu, 17 Maret 2018
By: Djik22
Komentar