Memasuki tahap bengis,
yang memberi penuh amanah,
pada sebuah mimbar hitam,
di atas itulah berdirimu menunjuk.
Aku terkesima,
badan bergetar dikelilingi,
ratusan massa berbaju merah,
dengan sorak-sorai kepalan tangan.
Aku belum membelok,
sebab, jasamu mengajak,
sembari guyonanmu ala pelawak,
menghipnotis para pendengar.
Biarlah aku dicurigai,
biarlah diriku dijadikan hujatan,
tapi hikmah bijak membalas,
sedikit senyum dan banyak tertawa.
Kau ajarkan strategi,
metode menakluk musuh,
bukan hanya dengan melawan,
bukan hanya menjatuhkan.
Banyak cara menuju kesamaan,
ketika yang berangkat,
adalah landasan baper-baperan,
apalagi soal ego kedaerahan.
Sejauh ini,
percikan api yang disiram,
ribuan teori yang diwariskan,
dan miliaran diksi yang dilantuntkan.
Semua dijalani,
tapi, aku harus mengimbangi,
di antara dua sisi yang berlawanan,
biar langkah objektif jadi penentu.
Makassar
Selasa, 13 Maret 2018
By: Djik22
Komentar