Dulu perbuatan,
jadi bahan pijakan,
moral budaya satu kesatuan,
bertahan begitu ampuh kemesraan.
Kini, aku, dia, dan mereka,
bertanya-tanya menerka,
seakan tak percaya,
yang bercahaya.
Hilang seketika,
pundi-pundi mulia,
tinggal bersama angin lalu,
peradaban berkeping membisu.
Kapan kembali lagi?
kala mata tak menatapi,
jiwa sedang diperparah dengki,
memberi berharap kembali menagi.
Diamlah dengan berani,
sambil memilah lepaskan untai,
saat-saat meniduri di pantai,
menyuarakan kepentingan kondisi.
Makassar
Sabtu, 17 Maret 2018
By: Djik22
Komentar